A. Pengertian Paradigma.
Jika
mengikuti pendapat Kuhn, bahwa ilmu
pengetahuan itu terikat oleh ruang dan waktu, maka sudah jelas bahwa suatu
paradigma hanya cocok dan sesuai untuk permasalahan yang ada pada saat tertentu
saja. Sehingga apabila dihadapkan pada permasalahan berbeda dan pada kondisi
yang berlainan, maka perpindahan dari satu paradigma ke paradigma yang baru
yang lebih sesuai adalah suatu keharusan.Sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial
yang berparadigma ganda, usaha-usaha dalam menemukan paradigma yang lebih mampu
menjawab permasalahan yang ada sesuai perkembangan zaman terus dilakukan.
Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :
1. Cara memandang sesuatu.
2. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena
dipandang dan dijelaskan.
3. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan
atau mendefinisikan sutau study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam
praktek ilmiah pada tahap tertentu.
4. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan
problem-problem riset.
Istilah paradigma ilmu pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn melalui bukunya yang berjudul ” The Structur of Science Revolution ”.
Kuhn menjelaskan paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma
berarti keseluruan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama
oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan
sejenis unsur pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai
model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang secara eksplisit
sebagai menjadi dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains
yang belum tuntas.
Paradigma
merupakan elemen primer dalam progress sains. Seorang ilmuan selalu bekerja
dengan paradigma tertentu, dan teori-teori ilmiah dibangun berdasarkan
paradigma dasar. Melalui sebuah paradigma seorang ilmuan dapat memecahkan
kesulitan-kesulitan yang lahir dalam kerangka ilmunya, sampai muncul begitu
banyak anomali yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kerangka ilmunya sehingga
menuntut adanya revolusi paradigmatik terhadap ilmu tersebut. Menurut Khun,
ilmu dapat berkembang secara open-ended
( sifatnya selalu terbuka untuk direduksi dan dikembangkan). Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih cocok dengan situasi
sejarah dengan demikian diharapkan filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan ilmu
dan aktifitas ilmiah sesungguhnya. Menurut Kuhn ilmu harus berkembang secara
revolusioner bukan secara kumulatif sebagaimana anggapan kaum rasonalis dan
empiris klasik sehingga dalam teori Kuhn, faktor sosiologis historis serta
psikologis ikut berperan.
Paradigma membantu seseorang dalam merumuskan tentang apa yang harus
dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti
dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.
Secara singkat pradigma dapat diartikan sebagai ”
keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu
komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena)”.
B. Tahap – tahap Perkembangan Ilmu ( Progress Sains
).
Skema
progress sains menurut Khun adalah sebagai berikut :
Pra paradigma - Pra Science -
Paradigma Normal Science - Anomali - Krisis Revolusi - Paradigma Baru - Ekstra Ordinary Science- Revolusi.
Tahap – tahap perkembangan ilmu dapat dijelaskan secara singkat sebagai
berikut :
1. Tahap Pra paradigma & Pra Science.
Pada stage ini aktivitas-aktivitas ilmiah pada stage ini dilakukan secara
terpisah dan tidak terorganisir sebab tidak ada persetujuan tentang subjeck
matter, problem-problem dan prosedur di antara para ilmuwan yang bersaing,
karena tidak adanya suatu pandangan tersendiri yang diterima oleh semua ilmuan
tentang suatu teori (fenomena). Dari sejumlah aliran yang bersaing, kebanyakan
mereka mendukung satu atau lain varian dalam teori tertentu dan di samping itu
ada kombinasi dan modifikasi lain yang masing-masing aliran mendukung teorinya
sendiri-sendiri. Sehingga sejumlah teori boleh dikatakan ada sebanyak jumlah
pelaksanaannya di lapangan dan setiap ahli teori itu merasa wajib memulai
dengan yang baru dan membenarkan pendekatannya sendiri. Hal semacam ini berlangsung
selama kurun waktu tertentu samapai suatu paradigma tunggal diterima oleh semua
aliran yang dianut ilmuan tersebut dan ketika paradigma tunggal diterima, maka
jalan menuju normal science mulai ditemukan.
Dengan kemampuan paradigma dalam membanding penyelidikan, menentukan teknik
memecahkan masalah, dan prosedur-prosedur riset, maka ia dapat mengatasi
ketergantungan observasi pada teori.
2.Tahap Paradigma Normal Science.
Para tahap ini, tidak terdapat sengketa pendapat mengenai hal-hal
fundamental di antara para ilmuan sehingga paradigma tunggal diterima oleh
semuanya. Paradigma tunggal yang telah
diterima tersebut dilindungi dari kritik dan falsifikasi sehingga ia tahan dari
berbagai kritik dan falsifikasi. Hal ini menjadi ciri yang membedakan antara normal
science dan pra science.
Paradigma yang membimbing eksperimen atau riset ilmiah tersebut didalamnya
tercakup :
· Komponen tipikal yang secara eksplisit akan mengemukakan hukum-hukum dan
asumsi-asumsi teoritis. Contoh, hukum “gerak” Newton membentuk sebagian
paradigma Newtonian. Dan hukum “persamaan” Maxwell merupakan sebagian paradigma
yang telah membentuk teori elektromagnetik klasik.
· Cara yang baku dalam penggunaan hukum-hukum fundamental untuk berba gai
tipe situasi.
· Instrumentasi dan teknik-tekniknya yang diperlukan untuk membuat agar
hukum-hukum paradigma itu dapat bertahan dalam dunia nyata dan di dalam
paradigma itu sendiri.
· Prinsip metafisis yang sangat umum yang membimbing pekerjaan di dalam
suatu paradigma.
· Keterangan metodologis yang sangat umum yang memberikan cara pemecahan
teka-teki science.
Normal science melibatkan usaha terperinci dan terorganisir untuk
menjabarkan paradigma dengan tujuan memperbaiki imbangannya dengan alam
(fenomena) dengan memecahkan teka-teki science, baik teka-teki teoritis maupun
teka-teki eksperimental. Teka-teki teoritis meliputi perencanaan dan
mengembangkan asumsi yang sesuai untuk penterapan statu hukum. Teka-teki
eksperimental meliputi perbaikan keakuratan observasi dan pengembangan teknik
eksperimen sehingga mampu menghasilkan pengukuran yang dapat dipercaya.
Dalam tahap normal science ini terdapat tiga fokus bagi penelitian science faktual, yaitu :
Dalam tahap normal science ini terdapat tiga fokus bagi penelitian science faktual, yaitu :
1. Menentukan fakta yang penting.
2. Menyesuaikan fakta dengan teori. Upaya menyesuaikan fakta dengan teori
ini lebih nyata ketergantungannya pada paradigma. Eksistensi paradigma itu
menetapkan dan menyusun masalah-masalah yang harus dipecahkan; ( seringkali
paradigma itu secara implisit terlibat langsung di dalam desain peralatan yang
mampu memecahkan masalah tersebut ).
3. Mengartikulasikan teori paradigma dengan memecahkan beberapa
ambiguitasnya yang masih tersisa dan memungkinkan pemecahan masalah yang
sebelumnya hanya menarik perhatian saja.
Jika ilmuan gagal memecahkan teka-teki science tersebut maka kegagalan
tersebut merupakan kegagalan ilmu itu sendiri bukan kegagalan paradigma.
Teka-teki harus ditandai oleh kepastian akan adanya pemecahannya dari
paradigma. Teka-teki yang tidak terpecahkan dipandang sebagai kelainan (anomali) bukan sebagai falsifikasi
suatu paradigma.
Dalam pemecahan teka-teki dan masalah science normal, jika dijumpai
problem, kelainan, kegagalan (anomali) yang tidak mendasar, maka keadaan ini
tidak akan mendatangkan krisis. Sebaliknya jika sejumlah anomali atau
fenomena-fenomena yang tidak dapat dijawab oleh paradigma muncul secara terus
menerus dan secara mendasar menyerang paradigma, maka ini akan mendatangkan
suatu krisis.
3. Krisis Revolusi
Sasaran normal science adalah memecahkan teka-teki science dan bukan
menghasilkan penemuan-penemuan baru yang konseptual, yang diikuti dengan
munculnya teori-teori baru. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya akan
muncul gejala-gejala baru yang belum terjawab oleh teori yang ada. Apabila
hal-hal baru yang terungkap tersebut tidak dapat diterangkan oleh paradigma dan
anomali antara teori dan fakta menimbulkan problem yang gawat, serta
anomali-anomali tersebut secara fundamental menyerang paradigma maka dalam keadaan
demikian, kepercayaan terhadap paradigma mulai goyah yang kemudian terjadilah
keadaan krisis yang berujung pada perubahan paradigma (revolusi).
Anomali dipandang dapat menggoyahkan paradigma jika :
1. Menyerang
hal-hal yang paling fundamental dari suatu paradigma dan secara gigih menentang
usaha para ilmuan normal science untuk mengabaikannya.
2. Mempunyai
arti penting dalam kaitannya dengan beberapa kebutuhan masyarakat yang
mendesak.
Setiap
krisis selalu diawali dengan pengkaburan terhadap paradigma yang ada serta
pengenduran kaidah-kaidah riset yang normal, sebagai akibatnya paradigma baru
(paradigma rival) muncul, setidak-tidaknya sebagai embrio. Krisis dapat
diasumsikan sebagai pra kondisi yang diperlukan dan penting bagi munculnya
teori-teori baru. Pada tahap ini diantara para ilmuan normal science terjadi
sengketa filosofis dan metafisis. Walaupun kemungkinan mereka kehilangan
kepercayaan dan kemudian mempertimbangkan beberapa alternatif, mereka tidak
meninggalkan paradigma yang telah membawa mereka kedalam krisis begitu saja
sampai diterimanya suatu paradigma baru yang berbeda dari paradigma semula.
Kuhn
beragumentasi bahwa, para penyususn paradigma baru (paradigma rival) hidup di
dalam dunia yang berlainan sebab tidak ada argumen logis yang dapat
mendemontrasikan superioritas satu paradigma atas lainnya, yang karenanya dapat
memaksa seorang ilmuan yang rasional untuk melakukan perpindahan paradigma.
Peristiwa perubahan kesetiaan para ilmuan individual dari satu paradigma ke
paradigma lain disamakan oleh Kuhn dengan“Gestalt
Switch” (perpindahan secara keseluruhan atau tidak sama sekali).
Juga disamakan dengan “religious conversion”
(pertukaran agama). Tidak adanya alasan logis yang memaksa seorang ilmuan yang
melepaskan paradigmanya dan mengambil paradigma yang menjadi rivalnya karena
berkenaan dengan adanya kenyataan bahwa :
a) Berbagai
macam faktor terlibat dalam keputusan seorang ilmuan mengenai faedah suatu
teori ilmiah.
b) Penyusun
paradigma-paradigma yang bersaing menganut berbagai perangkat standar, prinsip
metafisik dan lain sebagainya yang berlainan.
Oleh karena
itu, para pendukung paradigma tidak akan saling menerima premis lawannya dan
karenanya masing-masing tidak perlu dipaksa oleh argumen rivalnya. Menurut
Kuhn, faktor-faktor yang benar-benar terbukti efektif yang menyebabkan para
ilmuan mengubah paradigma adalah masalah yang harus diungkap oleh penyelidikan
psikologi dan sosiologi. Karena hal itulah Kuhn dianggap sebagai seorang
Relativis.
Proses
peralihan komunitas ilmiah dari paradigma lama ke paradigma baru yang
berlawanan inilah yang dimaksud oleh Kuhn sebagai revolusi science.
Oleh karena
itu, menurut Kuhn, perkembangan ilmu itu tidak secara komulatif dan evolusioner
tetapi, secara revolusioner,yakni membuang paradigma lama dan mengambil
paradigma baru yang berlawanan dan bertentangan. Paradigma baru tersebut
dianggap dan diyakini lebih memberikan janji atas kemampuannya memecahkan
masalah untuk masa depan.
Melalui
revolusi science inilah menurut Kuhn perkembangan ilmu akan terjadi. Dengan
paradigma baru para pengikutnya mulai melihat subjek matter dari sudut pandang
yang baru dan berbeda dengan yang semula, dan teknik metodologinya lebih unggul
dibanding paradigma klasik dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan
paradigma baru inilah tradisi ektra ordinari science dilakukan oleh para
komunitas ilmuan yang mendukungnya dan sampai pada tahap tertentu dapat
meyakinkan para pendukung paradigma klasik tentang keberadaan paradigma baru
yang lebih mendekati kebenaran dan lebih unggul dalam mengatasi science di masa
depan. Apabila para pendukung paradigma klasik tetap keras kepala terhadap
paradigma yang dianutnya dengan berusaha melakukan upaya pemecahan-pemecahan
science normal berdasarkan paradigmanya dan berhasil mengatasi permasalahan itu
maka revolusi besar dan kemajuan science tidak terjadi. Mereka tetap berada dan
terperangkap dalam stage normal science dan tetap sebagai ilmuan biasa.
Menurut
Kuhn, tidak ada paradigma yang sempurna dan terbebas dari kelainan-kelainan
(anomali), sebagai konsekwensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk
mendobrak keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik, inilah
fungsi revolusi tersebut.
Didik
Widiawan Sukmadi
SMA Negeri 2 Solo
SMA Negeri 2 Solo
Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar